Puisi-puisi Wawan Kurniawan
Wawan Kurniawan, menulis puisi, cerpen, esai, novel dan menerjemahkan. Menerbitkan buku puisi pertamanya yang berjudul, Persinggahan Perangai Sepi (2013), Sajak Penghuni Surga (2017). Serta diundang sebagai penulis Indonesia Timur di Makassar International Writers Festival (MIWF) 2015. Salah satu novel karyanya yang berjudul Seratus Tahun Kebisuan menjadi Novel pilihan pada suatu kontes. Juga telah menerjemahkan beberapa karya sastra asing ke dalam bahasa Indonesia.
Eksepsi
seluruh pertanyaan
hanyalah buah kegamangan,
satu kehilangan
kau sebut simpang siur
tempat di mana segala percakapan
tentang ada di muka bumi ini
dilenyapkan seketika
kau bacakan rekayasa
dengan penuh keyakinan
bahwa yang terlanjur terjadi,
biarlah!
pollycarpus:
meminjam seribu topeng
dan bicara dengan mulut
yang berlumuran darah.
Salam Kepada September
musim tak akan membenamkan diri
dalam sajak tenang tentang dingin
setelah suara gemericik air sungai
di nadimu terhenti begitu saja.
kini orang-orang menemukan bangkai
kemarau, tapi sulit menerjemahkannya
meski sejak kemarin tertikam seketika
dengan pernyataan atas kehilangan kita.
bicaralah pada sajak ini esok pagi,
bila suaranya sungguh terdengar samar,
kupastikan rahasia silam telah datang
memeluk ketakutan masa kecilmu, yang
tumbuh sungguh-sungguh jadi dewasa.
Pagi ini, September memberi salam kepadamu
sebuah berita yang belum dalam ditaburi puisi,
juga pertanyaan-pertanyaan yang ingin mencari.
Kapan
tak seorang pun punya jawaban
mimpi hanya pil tidur bagi kenyataan
orang-orang menunggu di ambang khayal
masing-masing menghibur diri dengan lagu
waktu telah pandai bernyanyi sendiri
tanpa kau iringi dengan petikan gitar
atau harmonika sama sekali
serumpun tanya menyala-nyala
melambaikan salam perpisahan
pada siapa saja yang nanti merasa kalah
tapi perjalanan ini tak perlu menghapus lelah